Rabu malam sehabis Isya, saat saya mengikuti tahlilan malam ke tiga di rumah seorang kerabat dekat, ada beberapa catatan yang sempat saya tulis dari tausiyah yang disampaikan oleh ustad. Sengaja saya buat tulisan sebagai pengingat dan penguat hati untuk saya agar selalu sabar saat diberi Allah musibah, cobaan dalam bentuk apapun yang merupakan ujian dari Allah.
Kehilangan orang-orang yang dikasihi baik itu orangtua, anak, suami , istri, adik, kakak dan keluarga lainnya tentu saja meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi setiap orang yang pernah mengalaminya. Saya sudah mengalaminya jadi saya sangat bisa merasakan bagaimana perasaan seorang yang baru saja kehilangan orang yang dikasihi. Hati terasa hampa, serasa separuhnya ikut pergi bersama orang yang kita kasihi. Apalagi jika meninggal secara tiba-tiba, ikhlas itu sulit sekali dihadirkan dihati. Banyak sekali kenapa, kalau, andai dan pertanyaaan lainnya berseliweran dikepala.
Tetapi tidak ada yang abadi di dunia ini, dunia hanya tempat persinggahan sementara untuk menyiapkan bekal pada kehidupan yang kekal, kematian itu akan menghampiri, cepat atau lambat, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap. Seperti yang tercantum dalam ayat :
" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. 29:57).
Seperti biasanya dalam setiap tausiyah sehabis tahlilan, ustad pasti menyelipkan ayat-ayat Qur'an yang mengajak dan mengingatkan agar ahli musibah dan kerabat untuk bersabar atas ketetapan Allah ini.
Mengutip Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 155 :
" Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. "
Dalam kehidupan ini Allah selalu menguji hambanya dengan ujian kecemasan atas apa yang sedang kita hadapi sekarang dan bahkan seringkali kita cemas akan sesuatu yang belum lagi terjadi. Orangtua seringkali cemas atas anak-anaknya, ketakutan akan ketelibatan anak dengan narkoba, cemas tentang pendidikan anak, cemas akan masa depannya dan banyak lagi bentuk-bentuk kecemasan orangtua terhadap anak.
Ujian lainya musibah demi musibah yang dihadapi, kadang baru saja rumah terbakar, tidak lama kemudian kehilangan pekerjaan, kehilangan istri, kehilangan suami bisa juga kehilangan anggota keluarga lainnya satu persatu dan sebagainya.
Yang paling sulit adalah mengimplementasikan kata "sabar" ketika pertama kali musibah menimpa kita. Seringkali kita lupa bahwa apapun yang kita miliki sekarang ini, baik itu istri, suami, anak, harta dan jabatan merupakan kepunyaan Allah dan hanya dititipkan sementara. Kita hanya diberi hak pakai sementara sampai waktu yang ditetapkan Allah maka semua milik Allah itu pasti akan diambilnya lagi. Bisa diambil satu persatu bahkan bisa diambilNya sekaligus, tergantung keinginan Sang Empunya . Sudah sepatutnya kita dengan ikhlas berpegang pada kalimat : " Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". yang artinya "sesungguhnya dari Allah kita berasal dan kepadaNyalah kita akan dikembalikan."
Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 156 :
" (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan " Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". "
Evaluasi Bekal Akhirat
Secara berkala saya selalu melakukan evaluasi diri dan berupaya untuk mencharger kembali tingkat keimanan saya yang seringkali naik turun tergerus godaaan dunia dan ketidakmampuan dalam mengendalikan hawa nafsu. Salah satunya melalui momen melayat keluarga, kerabat, handai tolan yang meninggal yang selalu berhasil mengusik hati kecil saya untuk mulai menghitung-hitung ibadah, amalan, sedekah dan hal-hal baik apa yang telah saya perbuat selama hidup. Kesadaran bahwa suatu waktu saya pasti akan kembali padaNya , membuat saya berpikir apakah bekal saya sudah cukup untuk menemuiNya.
Sejenak berpikir tentang usia yang telah terlewati, ibadah, amal-amal saya selama ini yang masih jauh dari cukup. Terbayang kembali disepanjang usiaku , apa yang telah saya lakukan untuk menyiapkan bekal akhirat untuk menghadapNya, apa yang telah saya perbuat untuk sesama. Rasanya masih jauh dari cukup, yang membuatku menangis di setiap sujud shalat malam & disetiap doaku mohon ampunan ketika sadar atau tidak sadar saya telah menyia-nyiakan nikmat umur , nikmat sehat, nikmat rezeki dengan beribadah secara standar aja.
Kehidupan dunia seringkali membuatku lupa bahwa masa depan yang abadi adalah akhirat, bekal yang abadi adalah amal, ibadah dan ketaqwaan kita pada Allah. Semoga Allah masih memberi kesempatan padaku untuk mempersiapkan perbekalan untuk nanti .....Sejenak berpikir tentang usia yang telah terlewati, ibadah, amal-amal saya selama ini yang masih jauh dari cukup. Terbayang kembali disepanjang usiaku , apa yang telah saya lakukan untuk menyiapkan bekal akhirat untuk menghadapNya, apa yang telah saya perbuat untuk sesama. Rasanya masih jauh dari cukup, yang membuatku menangis di setiap sujud shalat malam & disetiap doaku mohon ampunan ketika sadar atau tidak sadar saya telah menyia-nyiakan nikmat umur , nikmat sehat, nikmat rezeki dengan beribadah secara standar aja.
Saya jadi teringat lagu " Bila Waktu Telah Berakhir " -- Opick
Bagaimana kau merasa bangga
akan dunia yg sementara
bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
meninggalkan dirimu
Bagaimanakah bila saatnya
waktu terhenti tak kau sadari
masikah ada jalan bagimu untuk kembali
mengulangkan masa lalu
Dunia dipenuhi dengan hiasan
semua dan segala yg ada akan
kembali padaNya
Bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi
Bagaimana kau merasa bangga
akan dunia yg sementara
bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
meninggalkan dirimu
Bagaimanakah bila saatnya
waktu terhenti tak kau sadari
masikah ada jalan bagimu untuk kembali
mengulangkan masa lalu
Dunia dipenuhi dengan hiasan
semua dan segala yg ada akan
kembali padaNya
Bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar