Dalam
perjalanan saya dua minggu diakhir bulan Juni ada beberapa catatan yang sempat
saya rekam dari orang-orang disekitar saya selama perjalanan. Kisah-kisah yang
saya dapatkan selama dua minggu ini saya rangkum dalam cerita dibawah ini.
Passion
Sabtu,
23 Juni 2012 dalam pesawat pada perjalanan Denpasar – Jakarta – Medan. Saya
duduk di kursi 14 F di lorong dan di
sebelah saya duduk dua orang orang ibu-ibu yang
bersahabat karib. Saat itu saya masih terasa ngantuk karena harus bangun
pagi-pagi sekali, namun diantara rasa ngantuk, saya mau tak mau mendengar juga
seluruh obrolan mereka berdua dari mulai selingkuhan mantan menteri yang dibaca
ibu yang bernama Sri dari tabloid Femme sampai dengan pembahasan mereka tentang
anak-anak dan keluhan tentang kebiasaan suami mereka.
Sebagaimana
layaknya sahabat karib, cerita mereka tak kenal istilah habis kamus. Yang
menarik perhatian saya adalah saat mereka menceritakan teman mereka sebut saja namanya Yanti (nama sebenarnya
saya lupa). Yanti ini sangat betah tinggal di rumah, tidak seperti mereka
berdua yang punya hobi melanglang buana, dan konyolnya lagi menurut mereka nih, si Yanti ini hobi
benar bebenah rumah, bersih-bersih rumah, kamar mandi disikat dua kali sehari
sampai kesudut-sudut ruangan kamar mandi hingga mengkilap. Kamar tidur dibuat
seapik mungkin, sprei tempat tidur selalu dalam keadaan tegang dan rapi.
Apalagi terhadap ruang tamu, perlakuannya pasti lebih khusus lagi. Masih
menurut ibu Sri, setelah bebenah rumah maka temannya si Yanti ini akan duduk di
ruang tamu sambil memandangi hasil kreatifitasnya ini dengan rasa puas dan
tenang. Mereka mereka berdua sepakat kalau inilah yang menjadi “passion” nya
Yanti.
Lain
lagi dengan teman mereka Dewi yang punya “Passion” lainnya yaitu memasak. Mereka terus lanjut menceritakan
aktifitas masak si Dewi ini. Sayapun mulai mereka-reka apa sih sebenarnya yang
menjadi “passion” saya. Karena sepertinya hidup tanpa passion membuat hidup
terasa hambar, seperti makanan tanpa garam.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fenomena
Kawin Kontak di Wilayah Puncak
Senin,
26 Juni 2012, dalam perjalanan tugas menuju Cianjur lain lagi kisah yang saya
dapatkan. Sejak dibukanya akses jalan tol cipularang menuju Bandung, praktis
saya jarang sekali melewati puncak jika menuju ke Bandung. Perjalanan kali ini
selain membuka kembali kenangan keindahan jalan disepanjang yang nama kotanya
selalu diawali dengan kata “ci” ini seperti cibulan, cipayung, cianjur dan
sebagainya tetapi juga menambah informasi lain yang selama ini samar-samar saya
ketahui. Melalui cerita Pak Andi, supir mobil yang kami rental dari Bandara
Soekarno Hatta, saya dan teman saya Lena mendapat berbagai informasi tentang
perubahan yang terjadi di daerah puncak ini. Mungkin hal ini sudah menjadi
rahasia umum bagi masyarakat apalagi bagi penduduk sekitar wilayah puncak,
namun bagi saya masih terasa takjub mendengar hal itu.
Awalnya
saya dan Lena ngobrol disepanjang perjalanan, apalagi saat jalur naik menuju
puncak di tutup sementara. Begitu akses dibuka lagi dan kami mulai memasuki
jalan menuju taman safari mulailah pak Andi cerita kalau di daerah ini banyak
sekali terjadi kawin kontrak antara laki-laki Arab dengan cewek lokal dengan
diiming-imingin sejumlah duit. Lamanya kontrak kawinnya tergantung kebutuhan si
laki-laki Arab tersebut.
Berhubung
saat ini sedang musim liburan sekolah, jalan disepanjang puncak bergerak sangat
lambat sehingga saya bisa melihat dengan jelas beberapa laki-laki Arab yang
sedang berjalan berkelompok, bisa 2- 4 dalam satu kelompok. Saya juga melihat
warnet yang dipenuhi oleh laki-laki Arab. Di luar dugaan saya ternyata di kawasan
puncak banyak sekali toko-toko yang bertuliskan huruf Arab, bisa itu berupa
rumah makan, toko penjual kebutuhan khas Arab dan toko lainnya. Saya serasa
berada di Timur Tengah.
Ternyata
pak Andi bisa berkomunikasi dalam bahasa Arab, beberapa kali saat kenderaan
kami harus berhenti karena macet, nah ... kondisi ini dipergunakan oleh pak
Andi untuk menyapa laki-laki Arab yang sedang melintas atau sedang dalam posisi
dekat dengan mobil kami. Dalam bahasa Arab yang menurut telinga saya lumayan
fasih beliau menawarkan jasa rental mobilnya sambil memberikan kartu namanya.
Ada juga percakapan lain yang tentu saja saya gak ngerti apa artinya.
Beliau lalu menceritakan pengalamannya
saat membawa tamu dari Arab, bahkan sempat menunjukkan sebuah tempat yang
disebut kampung kaleng yang biasa menjadi tempat praktek kawin kontrak di
wilayah tersebut. Semua cerita pak Andi membuat saya sampai harus membuka kaca
jendela mobil agar dapat melihat dengan jelas warga Arab beserta aktifitasnya
di sisa perjalanan kami menuju Yasmin Hotel tempat kami akan menginap. Maklum perjalanan kami saat itu terjadi
dimalam hari sehingga membutuhkan konsentrasi lebih untuk melihat ke jalan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menolong
janda muda
Kamis,
28 Juni 2012 pagi terpaksa saya harus kembali lagi ke Jakarta untuk tugas baru,
meskipun rasa letih karena baru pulang hari Rabu sorenya ke kotaku tercinta
belum hilang.
Kali
ini ceritanya berasal dari seorang bapak yang berprofesi sebagai agen tiket
freelance yang sudah menjadi langganan saya dan keluarga lebih dari 10 tahun.
Sambil menunggu take off pukul 8.45 WIB, seperti
biasa pagi itu saya sarapan dulu di lounge, pak Joko begitu saya menyebutnya
ikut sarapan bersama saya. Biasanya kami hanya ngobrol biasa-biasa saja, hanya
tentang pelanggannya yang menunggak pembayaran tiket termasuk saya juga, atau
ada pelanggannya yang tiba-tiba membatalkan tiket padahal saat itu
boarding pass dan air port tax sudah diurus beliau.
Namun
pagi ini ada yang berbeda, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba beliau nyeletuk “Saya lagi bingung ni bu,
ada masalah”
"Kenapa pak ?" tanya saya tanpa prasangka apa-apa.
"Ada perempuan yang lagi ngejar-ngejar saya bu, terus-terusan menghubungi saya."
"Sudah saya bilang janganlah ganggu-ganggu saya lagi dik, tapi dia tetap saja menghubungi saya." lanjut beliau.
Saya terdiam sesaat, tidak menyangka akan mendapat curhat seperti ini dari beliau. Mengingat hubungan kami selama ini hanya masalah bisnis saja dan tidak pernah sekalipun membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
"Yah udah pak, jangan ditanggapi kalau dia telfon dan lain-lain." Saya mencoba memberikan saran pada beliau, standar aja rasanya saran saya tersebut.
"Sudah saya bilang bu, tapi dia tetap saja menghubungi dan saya tidak bisa bicara atau berlaku kasar pada orang apalagi terhadap wanita."
Yang membuat saya tertegun ketika beliau mengatakan "Saya sudah tua bu dan di lingkungan tempat saya tinggal dan dikeluarga saya termasuk orang yang taat beribadah dan dituakan."
"Memangnya umur bapak berapa sekarang?" tanya saya penasaran
"57 Tahun bu." jawab beliau. Yah.. sudah cukup berumur juga pikir saya untuk mengalami puber kedua.
"Mungkin ini ujian dari Allah buat bapak." kata saya dan beliaupun agaknya sepakat dengan pendapat saya ini. "Mungkin hidup bapak selama ini lempang-lempang aja, gak ada masalah yang berat, trus ibadah bapak bagus, dan Allah menguji bapak dengan cara seperti ini."
Kemudian pak Joko melanjutkan ceritanya, perempuan ini janda dengan dua orang anak, umur sekitar 30 tahunan, mantan suaminya sedang berada dalam penjara karena kasus narkoba. Perempuan ini hanya minta disewakan rumah, diberikan usaha jualan kecil-kecilan dan cukup tahu diri dengan kondisinya dengan membebaskan pak Joko untuk datang kapan saja dia mau. Masih menurut beliau ternyata perempuan ini tertarik padanya karena pernah mendengar bacaan shalat pak Joko saat shalat bareng, dan merasa kalau pak Joko merupakan sosok imam yang dibutuhkan selama ini.
Yang membuat hati saya lebih tertegun lagi tatkala pak Joko mengatakan kalau perempuan ini sering berkunjung kerumahnya dan sudah akrab dengan istri dan anak-anaknya. Karena penasaran sayapun bertanya "apakah ibu tidak curiga pak?" "Karena feeling seorang istri itu sangat kuat lho pak" lanjut saya.
"Entahlah bu, tapi kan perempuan dalam kondisi seperti itu yang harus ditolong."
"Dan perempuan ini masih muda dan cantik pula bu." begitulah akhir dari curhat pak Joko pada saya.
Terus terang saya sangat, sangat dan sekali lagi sangat tidak setuju dengan pendapat pak Joko untuk menolong seorang janda muda dengan mengorbankan keutuhan keluarga dan hal itu langsung saya utarakan pada beliau. "Masih banyak lagi cara lain untuk menolong orang , kan tidak harus dengan mengawininya pak ." lanjut saya dengan nada suara yang mulai sedikit gusar karena ketidaksetujuan saya atas pernyataannya tersebut.
Akhirnya pembicaraan kami pun harus terputus karena pak Joko harus pamit karena ada pelanggan lainnya yang harus diurus beliau saat itu juga. Sayapun membayangkan bagaimana kira-kira perasaan istri beliau jika mengetahui hal ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kenapa pak ?" tanya saya tanpa prasangka apa-apa.
"Ada perempuan yang lagi ngejar-ngejar saya bu, terus-terusan menghubungi saya."
"Sudah saya bilang janganlah ganggu-ganggu saya lagi dik, tapi dia tetap saja menghubungi saya." lanjut beliau.
Saya terdiam sesaat, tidak menyangka akan mendapat curhat seperti ini dari beliau. Mengingat hubungan kami selama ini hanya masalah bisnis saja dan tidak pernah sekalipun membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
"Yah udah pak, jangan ditanggapi kalau dia telfon dan lain-lain." Saya mencoba memberikan saran pada beliau, standar aja rasanya saran saya tersebut.
"Sudah saya bilang bu, tapi dia tetap saja menghubungi dan saya tidak bisa bicara atau berlaku kasar pada orang apalagi terhadap wanita."
Yang membuat saya tertegun ketika beliau mengatakan "Saya sudah tua bu dan di lingkungan tempat saya tinggal dan dikeluarga saya termasuk orang yang taat beribadah dan dituakan."
"Memangnya umur bapak berapa sekarang?" tanya saya penasaran
"57 Tahun bu." jawab beliau. Yah.. sudah cukup berumur juga pikir saya untuk mengalami puber kedua.
"Mungkin ini ujian dari Allah buat bapak." kata saya dan beliaupun agaknya sepakat dengan pendapat saya ini. "Mungkin hidup bapak selama ini lempang-lempang aja, gak ada masalah yang berat, trus ibadah bapak bagus, dan Allah menguji bapak dengan cara seperti ini."
Kemudian pak Joko melanjutkan ceritanya, perempuan ini janda dengan dua orang anak, umur sekitar 30 tahunan, mantan suaminya sedang berada dalam penjara karena kasus narkoba. Perempuan ini hanya minta disewakan rumah, diberikan usaha jualan kecil-kecilan dan cukup tahu diri dengan kondisinya dengan membebaskan pak Joko untuk datang kapan saja dia mau. Masih menurut beliau ternyata perempuan ini tertarik padanya karena pernah mendengar bacaan shalat pak Joko saat shalat bareng, dan merasa kalau pak Joko merupakan sosok imam yang dibutuhkan selama ini.
Yang membuat hati saya lebih tertegun lagi tatkala pak Joko mengatakan kalau perempuan ini sering berkunjung kerumahnya dan sudah akrab dengan istri dan anak-anaknya. Karena penasaran sayapun bertanya "apakah ibu tidak curiga pak?" "Karena feeling seorang istri itu sangat kuat lho pak" lanjut saya.
"Entahlah bu, tapi kan perempuan dalam kondisi seperti itu yang harus ditolong."
"Dan perempuan ini masih muda dan cantik pula bu." begitulah akhir dari curhat pak Joko pada saya.
Terus terang saya sangat, sangat dan sekali lagi sangat tidak setuju dengan pendapat pak Joko untuk menolong seorang janda muda dengan mengorbankan keutuhan keluarga dan hal itu langsung saya utarakan pada beliau. "Masih banyak lagi cara lain untuk menolong orang , kan tidak harus dengan mengawininya pak ." lanjut saya dengan nada suara yang mulai sedikit gusar karena ketidaksetujuan saya atas pernyataannya tersebut.
Akhirnya pembicaraan kami pun harus terputus karena pak Joko harus pamit karena ada pelanggan lainnya yang harus diurus beliau saat itu juga. Sayapun membayangkan bagaimana kira-kira perasaan istri beliau jika mengetahui hal ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar