Selasa, 03 Juli 2012

Kisah di Sepanjang Perjalanan


Dalam perjalanan saya dua minggu diakhir bulan Juni ada beberapa catatan yang sempat saya rekam dari orang-orang disekitar saya selama perjalanan. Kisah-kisah yang saya dapatkan selama dua minggu ini saya rangkum dalam cerita dibawah ini.



Passion

Sabtu, 23 Juni 2012 dalam pesawat pada perjalanan Denpasar – Jakarta – Medan. Saya duduk di kursi 14 F di lorong dan  di sebelah saya duduk dua orang orang ibu-ibu yang  bersahabat karib. Saat itu saya masih terasa ngantuk karena harus bangun pagi-pagi sekali, namun diantara rasa ngantuk, saya mau tak mau mendengar juga seluruh obrolan mereka berdua dari mulai selingkuhan mantan menteri yang dibaca ibu yang bernama Sri dari tabloid Femme sampai dengan pembahasan mereka tentang anak-anak dan keluhan tentang kebiasaan suami mereka.
Sebagaimana layaknya sahabat karib, cerita mereka tak kenal istilah habis kamus. Yang menarik perhatian saya adalah saat mereka menceritakan  teman mereka sebut saja namanya Yanti (nama sebenarnya saya lupa). Yanti ini sangat betah tinggal di rumah, tidak seperti mereka berdua yang punya hobi melanglang buana, dan konyolnya lagi menurut mereka nih,  si Yanti ini hobi benar bebenah rumah, bersih-bersih rumah, kamar mandi disikat dua kali sehari sampai kesudut-sudut ruangan kamar mandi hingga mengkilap. Kamar tidur dibuat seapik mungkin, sprei tempat tidur selalu dalam keadaan tegang dan rapi. Apalagi terhadap ruang tamu, perlakuannya pasti lebih khusus lagi. Masih menurut ibu Sri, setelah bebenah rumah maka temannya si Yanti ini akan duduk di ruang tamu sambil memandangi hasil kreatifitasnya ini dengan rasa puas dan tenang. Mereka mereka berdua sepakat kalau inilah yang menjadi “passion” nya Yanti.

Lain lagi dengan teman mereka Dewi yang punya “Passion” lainnya yaitu  memasak. Mereka terus lanjut menceritakan aktifitas masak si Dewi ini. Sayapun mulai mereka-reka apa sih sebenarnya yang menjadi “passion” saya. Karena sepertinya hidup tanpa passion membuat hidup terasa hambar, seperti makanan tanpa garam.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





Fenomena Kawin Kontak di Wilayah Puncak

Senin, 26 Juni 2012, dalam perjalanan tugas menuju Cianjur lain lagi kisah yang saya dapatkan. Sejak dibukanya akses jalan tol cipularang menuju Bandung, praktis saya jarang sekali melewati puncak jika menuju ke Bandung. Perjalanan kali ini selain membuka kembali kenangan keindahan jalan disepanjang yang nama kotanya selalu diawali dengan kata “ci” ini seperti cibulan, cipayung, cianjur dan sebagainya tetapi juga menambah informasi lain yang selama ini samar-samar saya ketahui. Melalui cerita Pak Andi, supir mobil yang kami rental dari Bandara Soekarno Hatta, saya dan teman saya Lena mendapat berbagai informasi tentang perubahan yang terjadi di daerah puncak ini. Mungkin hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat apalagi bagi penduduk sekitar wilayah puncak, namun bagi saya masih terasa takjub mendengar hal itu.

Awalnya saya dan Lena ngobrol disepanjang perjalanan, apalagi saat jalur naik menuju puncak di tutup sementara. Begitu akses dibuka lagi dan kami mulai memasuki jalan menuju taman safari mulailah pak Andi cerita kalau di daerah ini banyak sekali terjadi kawin kontrak antara laki-laki Arab dengan cewek lokal dengan diiming-imingin sejumlah duit. Lamanya kontrak kawinnya tergantung kebutuhan si laki-laki Arab tersebut.

Berhubung saat ini sedang musim liburan sekolah, jalan disepanjang puncak bergerak sangat lambat sehingga saya bisa melihat dengan jelas beberapa laki-laki Arab yang sedang berjalan berkelompok, bisa 2- 4 dalam satu kelompok. Saya juga melihat warnet yang dipenuhi oleh laki-laki Arab.   Di luar dugaan saya ternyata di kawasan puncak banyak sekali toko-toko yang bertuliskan huruf Arab, bisa itu berupa rumah makan, toko penjual kebutuhan khas Arab dan toko lainnya. Saya serasa berada di Timur Tengah.

Ternyata pak Andi bisa berkomunikasi dalam bahasa Arab, beberapa kali saat kenderaan kami harus berhenti karena macet, nah ... kondisi ini dipergunakan oleh pak Andi untuk menyapa laki-laki Arab yang sedang melintas atau sedang dalam posisi dekat dengan mobil kami. Dalam bahasa Arab yang menurut telinga saya lumayan fasih beliau menawarkan jasa rental mobilnya sambil memberikan kartu namanya. Ada juga percakapan lain yang tentu saja saya gak ngerti apa artinya.

Beliau lalu menceritakan pengalamannya saat membawa tamu dari Arab, bahkan sempat menunjukkan sebuah tempat yang disebut kampung kaleng yang biasa menjadi tempat praktek kawin kontrak di wilayah tersebut. Semua cerita pak Andi membuat saya sampai harus membuka kaca jendela mobil agar dapat melihat dengan jelas warga Arab beserta aktifitasnya di sisa perjalanan kami menuju Yasmin Hotel tempat kami akan menginap. Maklum perjalanan kami saat itu terjadi dimalam hari sehingga membutuhkan konsentrasi lebih untuk melihat ke jalan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





Menolong janda muda

Kamis, 28 Juni 2012 pagi terpaksa saya harus kembali lagi ke Jakarta untuk tugas baru, meskipun rasa letih karena baru pulang hari Rabu sorenya ke kotaku tercinta belum hilang.

Kali ini ceritanya berasal dari seorang bapak yang berprofesi sebagai agen tiket freelance yang sudah menjadi langganan saya dan keluarga lebih dari 10 tahun.

Sambil menunggu take off pukul 8.45 WIB, seperti biasa pagi itu saya sarapan dulu di lounge, pak Joko begitu saya menyebutnya ikut sarapan bersama saya. Biasanya kami hanya ngobrol biasa-biasa saja, hanya tentang pelanggannya yang menunggak pembayaran tiket termasuk saya juga, atau ada pelanggannya yang tiba-tiba membatalkan tiket padahal saat  itu boarding pass dan air port tax sudah diurus beliau.

Namun pagi ini ada yang berbeda, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba beliau nyeletuk “Saya lagi bingung ni bu, ada masalah” 
"Kenapa pak ?" tanya saya tanpa prasangka apa-apa. 

"Ada perempuan yang lagi ngejar-ngejar saya bu, terus-terusan menghubungi saya."
"Sudah saya bilang janganlah ganggu-ganggu saya lagi dik, tapi dia tetap saja menghubungi saya." lanjut beliau.


Saya terdiam sesaat, tidak menyangka akan mendapat curhat seperti ini dari beliau. Mengingat hubungan kami selama ini hanya masalah bisnis saja dan tidak pernah sekalipun membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.


"Yah udah pak, jangan ditanggapi kalau dia telfon dan lain-lain." Saya mencoba memberikan saran pada beliau, standar aja rasanya saran saya tersebut.


"Sudah saya bilang bu, tapi dia tetap saja menghubungi dan saya tidak bisa bicara atau berlaku kasar pada orang apalagi terhadap wanita."
Yang membuat saya tertegun ketika beliau mengatakan "Saya sudah tua bu dan di lingkungan tempat saya tinggal dan dikeluarga saya termasuk orang yang taat beribadah dan dituakan."

"Memangnya umur bapak berapa sekarang?" tanya saya penasaran
"57 Tahun bu." jawab beliau. Yah.. sudah cukup berumur juga pikir saya untuk mengalami puber kedua.

"Mungkin ini ujian dari Allah buat bapak." kata saya dan beliaupun agaknya sepakat dengan pendapat saya ini. "Mungkin hidup bapak selama ini lempang-lempang aja, gak ada masalah yang berat, trus ibadah bapak bagus,  dan Allah menguji bapak dengan cara seperti ini."


Kemudian pak Joko melanjutkan ceritanya, perempuan ini janda dengan dua orang anak, umur sekitar 30 tahunan, mantan suaminya sedang berada dalam penjara karena kasus narkoba.  Perempuan ini hanya minta disewakan rumah, diberikan usaha jualan kecil-kecilan dan cukup tahu diri dengan kondisinya dengan membebaskan pak Joko untuk datang kapan saja dia mau. Masih menurut beliau ternyata perempuan ini tertarik padanya karena pernah mendengar bacaan shalat pak Joko saat shalat bareng, dan merasa kalau pak Joko merupakan sosok imam yang dibutuhkan selama ini. 


Yang membuat hati saya lebih tertegun lagi tatkala pak Joko mengatakan kalau perempuan ini sering berkunjung kerumahnya dan sudah akrab dengan istri dan anak-anaknya.  Karena penasaran sayapun bertanya  "apakah ibu tidak curiga pak?"  "Karena feeling seorang istri itu sangat kuat lho pak" lanjut saya.


"Entahlah bu, tapi kan perempuan dalam kondisi seperti itu yang harus ditolong." 
"Dan perempuan ini masih muda dan cantik pula bu." begitulah akhir dari curhat pak Joko pada saya. 


Terus terang saya sangat, sangat dan sekali lagi sangat tidak setuju dengan pendapat pak Joko untuk menolong seorang janda muda dengan mengorbankan keutuhan keluarga dan hal itu langsung saya utarakan pada beliau. "Masih banyak lagi cara lain untuk menolong orang , kan tidak harus dengan mengawininya pak ." lanjut saya dengan nada suara yang mulai  sedikit gusar karena ketidaksetujuan saya atas pernyataannya tersebut. 


Akhirnya pembicaraan kami pun harus terputus karena pak Joko harus pamit karena ada pelanggan lainnya yang harus diurus beliau saat itu juga. Sayapun membayangkan bagaimana kira-kira perasaan istri beliau jika mengetahui hal ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------








Tidak ada komentar:

Posting Komentar