Rabu, 22 Agustus 2012

Mampir Sejenak di Museum Kereta Api, Ambarawa

Naik kereta api tut ..... tut ....tut .....
Siapa hendak turut
ke Bandung Surabaya ...



Berkunjung ke Museum Kereta Api di Ambarawa mengingatkan saya akan lagu di atas, lagu yang sering saya nyanyikan pada masa kecil, apalagi saat sedang melakukan perjalanan dengan kereta api.

Yah... museum kereta api di Ambarawa merupakan salah satu tujuan wisata di kota kecil ini.  Museum kereta api ini unik, menarik karena  teknologinya yang diusung oleh museum  ini merupakan  teknologi kuno peninggalan penjajah Belanda pada waktu itu. 

Museum Kereta Api, Ambarawa tidak menggunakan bangunan yang tertutup, gedung museum ini hanya berbentuk hanggar. Bangunan museum ini merupakan stasiun kereta api  lama yang dibangun pada tahun 1873. Saat ini stasiun yang berdiri pada ketinggian 474,40 meter di atas permukaan laut ini  hanya melakukan kegiatan operasional untuk  lori kereta wisata.

Di halaman museum, sebelum kita masuk ke stasiun yang merupakan gedung museum ini terdapat sebuah lokomotif tua yang sudah dicat  ulang dan terlihat rapi, apik dan menarik. Lokomotif tua ini berfungsi sebagai ikon Museum Kereta Api, Ambarawa.








Lokomotif tua yang berfungsi sebagai ikon museum 








Halaman menuju gedung museum kereta api yang berbentuk hanggar





Saya mengunjungi museum kereta api di Ambarawa pada hari kerja dan saat itu sedang dilakukan perbaikan sehingga museum ini terlihat sepi. Namun di halaman parkir mobil terlihat sebuah bus dari salah satu instansi pemerintah dan ternyata saat itu sedang mengikuti wisata dengan menggunakan lori kereta.









Memasuki gedung museum, di depan loket penjualan karcis   yang bertuliskan Williem I terdapat potongan rel kereta beserta rodanya yang seakan-akan menyapa pengunjung dengan "selamat datang di museum kereta api, Ambarawa". Sayapun menyempatkan berfoto sejenak di lokasi ini.


Gedung museum ini terlihat rapi dan apik mungkin karena baru saja dilakukan perawatan. Menyelusuri museum ini dari depan menuju ke bagian sebelah kanan gedung terlihat    beberapa lokomotif  tua yang dipajang dan tertata rapi di halaman museum. 
Lokomotif-lokomotif  tua ini  hanya menjadi benda pajangan saja,  karena sudah tidak pernah dipergunakan lagi. Fisik dari lokomotif tua ini  pada umumnya masih bagus dan terawat meskipun pada beberapa bagian dari lokomotif   tampak keropos karena termakan usia. Pengecatan ulang pada tubuh lokomotif tua ini ternyata mampu membawa nuansa segar dan membuat lokomotif ini terlihat menarik.













Deretan lokomotif tua di halaman museum


Ruang pameran di museum ini terbagi menjadi dua, bagian dalam gedung dan bagian halaman. Pada bagian halaman museum, kita dapat melihat  berbagai jenis lokomotif tua yang dijejerkan di halaman. Di sisi yang berseberangan dengan deretan lokomotif tua, terdapat dua jalur rel yang masih difungsikan untuk kegiatan  wisata kereta pada saat akhir pekan atau atas permintaan khusus.

Dari petugas yang kami jumpai saat itu diperoleh informasi bahwa total lokomotif tua yang dipajang di seluruh  halaman museum sebanyak 21 buah. Lokomotif-lokomotif ini rata-rata dibuat pada akhir abad ke 19 atau awal abad ke 20.  Lokomotif  di museum ini pada umumnya berteknologi kuno yang menggunakan bahan bakar kayu. Karena berteknologi kuno, maka kecepatan maksimal kereta ini pun  hanya sekitar 50 km/jam hingga 90 km/jam. 



Kereta khusus wisata yang baru saja tiba di museum






 



Pada bagian dalam gedung,  bangunan utama yang bernama Willem I merupakan ruang pameran berisi peralatan dan benda-benda perkeretaapian yang digunakan pada waktu beroperasinya stasiun tersebut pada tahun 1873 yang silam. Bentuk bangunannya tetap dipertahankan seperti aslinya  dengan tetap melakukan  perawatan  seperti  pengecatan ulang bangunan.













Pada ruang pameran ini kita dapat melihat aneka peralatan perkeretaapian pada jaman dahulu. Beraneka ragam onderdil kereta, telepon, mesin ketik, mesin pencetak tiket, potongan rel, hingga furnitur-furnitur yang digunakan pada  saat itu masih  terpajang dengan rapi di dalam Gedung Willem I ini. Peralatan yang berada di ruang pameran ini semuanya dalam keadaan terkunci, mungkin untuk menjaga keamanannya dari keisengan pengunjung. 

Bagian-bagian dalam gedung ini terbagi-bagi menjadi beberapa ruangan seperti ruang masinis, ruang kepala stasiun, ruang staf,   ruang tunggu, ruang pamer  serta toilet yang masih menggunakan bahasa Belanda,  yaitu Dames untuk wanita dan Heren untuk pria. Loket tempat penjualan karcis pun  masih dipertahankan  utuh seperti aslinya. Terdapat dua buah loket yang masing-masing terletak di setiap ujung Gedung Willem I ini.







Gedung Willeim I yang terawat rapi , didepan ruang tunggu dan ruang kepala stasiun


















Namun sayangnya kami tidak bisa berlama-lama menikmati keunikan musium kereta api ini, masih ada destinasi lainnya yang harus kami kunjungi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar