Minggu, 10 Juni 2012

Menyusuri Kompleks Museum di Melaka, Malaysia

Seberapa sering anda berkunjung ke museum atau mengajak anak-anak ke museum? Saya yakin pasti tidak banyak yang melakukannya. Museum identik dengan sejarah, namun mengunjungi museum pada umumnya bukan merupakan tujuan wisata yang menarik bagi masyarakat kita. Tipikal liburan kita biasanya kalau tidak ke pantai, ya pergi berlibur ke gunung dan sekarang ini malah tempat liburan favorit sudah bergeser  ke mall. 

Pada saat berkesempatan  liburan bersama keluarga besar ke Melaka, Malaysia bulan lalu ada catatan khusus yang ingin saya bagikan mengenai keberadaan kompleks museum disana. Melaka merupakan salah satu negara bagian di Malaysia yang pada tahun 2008   dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Warisan Dunia (World Heritage). 














Perjalanan ke Melaka kami mulai dari Kuala Lumpur  dengan jarak tempuh lebih kurang ditempuh 130 km. Berdasarkan hasil browsing ada beberapa lokasi wisata yang harus kami kunjungi. Awalnya kami ingin langsung menuju ke The Stadthuys - Red Building. Bangunan Belanda yang dibangun pada tahun 1650, dulunya adalah rumah Gubernur Belanda  yang terkenal karena warnanya yang merah.  Namun supir mobil van yang kami sewa menyarankan agar kami memulai perjalanan kami dari Menara Taming Sari -- St. Paul's Hill (A Famosa) -- Red Building -- Jonker Street yang merupakan kawasan Chinatown -- Melaka river cruise dan berakhir di Menara Taming Sari lagi tempat kami memarkirkan mobil. 

Akhirnya kami sepakat untuk melewati saja Menara Taming Sari dan memulai berjalan kaki  menuju St. Paul's Hill, begitu menyusuri kompleks terlihat beberapa bangunan tua yang dijadikan museum oleh pemerintah setempat. Museum yang pertama sekali kami jumpai adalah museum UMNO, kemudian disebelahnya terdapat museum kecantikan.  Lalu ada juga museum Belia, mungkin maksudnya museum pemuda, namun sayang sekali foto-foto untuk museum UMNO dan museum Belia tidak dapat ditampilkan karena kwaliatas fotonya yang kurang bagus.






Museum Kecantikan








Museum Setem Melaka (museum perangko)









Beberapa  museum yang kami lewati dalam keadaan tertutup alias tidak dibuka untuk pengunjung. Tidak semua museum kami masuki, berhubung museum yang ada terlalu banyak  dan waktu yang terbatas, kami harus memilih-milih museum yang akan kami kunjungi, selebihnya numpang lewat saja dan tentu saja wajib difoto buat dokumentasi.


Nama-nama museum juga terasa unik bagi mereka yang masih asing dan tidak terbiasa dengan bahasa Malaysia. Contohnya, museum Belia yang kalau dalam bahasa Indonesia disebut museum Pemuda. Kemudian ada pula museum Setem, nah kalau ini maksudnya museum Perangko. Selanjutnya ada museum Kastam, yang maksudnya museum Bea Cukai.



Museum Kemerdekaan Malaysia










Salah satu museum yang kami masuki adalah museum kemerdekaan Malaysia yang berada di dalam gedung tua berwarna putih yang terdiri dari dua lantai dengan ciri khas arsitektur Belanda. Pada gedung ini tersimpan sejarah kemerdekaan Malaysia yang tertata rapi dan apik  dalam tema-tema yang khusus.
























Pada museum ini juga dipajang piagam peringatan ulang tahun ke 17 rujuknya Indonesia dan Malaysia yang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada tanggal 11 Agustus 1988,  diharapkan persahabatan antara Indonesia- Malaysia akan kekal abadi pasca rujuknya kedua negara ini setelah beberapa waktu sempat terjadi perang dingin.









Museum lainnya yang sempat kami masuki adalah Museum Istana Kesultanan Melaka. Museum ini memang berada di istana sultan Melaka pada masanya.  Bangunan istana terbuat dari kayu dengan arsitektur Melayu yang kental ini terdiri dari dua lantai terlihat rapi dan terawat. Ciri khas lainnya adalah istana ini merupakan rumah panggung yang masih mempunyai kolong.





















Pada lantai pertama istana ini terdapat informasi tentang keberadaan istana Melaka dan istana-istana lainnya yang terdapat di seluruh Malaysia beserta foto-foto istananya. Ada juga maket yang menggambarkan saat Sultan sedang berkumpul dengan para pembesar istana di Balairung Seri.












Masih pada lantai pertama juga terdapat koleksi tempat tidur Sultan dan yang paling menarik adalah maket yang menggambarkan pertempuran antara Hang Jebat dengan Hang Tuah dengan menggunakan keris taming sari.

Pada lantai kedua terdapat koleksi pakaian resmi dan pakaian sehari-hari yang biasa digunakan oleh sultan dan permaisurinya serta para pembesar istana lainnya.























Hanya kedua museum di atas yang sempat kami kunjungi, sedangkan museum-museum lainya seperti museum sastera, museum sejarah, ethnografi dan sastera, museum kastam, museum samudera yang berada di dalam sebuah kapal dan  museum tentara laut diraja Malaysia hanya kami lihat sambil lewat saja.






Museum Sastera




































Museum Samudera yang berada di dalam kapal





1 komentar: