Kamis, 15 Maret 2012

Guru Ngaji Yang Takut Menjual Ayat-Ayat Allah

Pagi tadi saya dapat telepon dari asisten saya Dijah, saya rejeck panggilan telepon tersebut dan kemudian saya telepon lagi Dijah karena kasihan kalau dia harus menanggung biaya telepon untuk kepentingan saya.

"Assalamu'alaikum Bu " Dijah memberi salam
 "Wa'alaikum salam, kenapa Dijah " jawab saya
"Ini bu, guru ngaji yang ibu pesan sudah ada"

"Dia mau bicara langsung dengan ibu " lanjut  Dijah
Saya meminta Dijah untuk memberikan HP nya kepada ibu guru ngaji tersebut supaya saya bisa langsung bicara tentang rencana mengajar ngaji di rumah baca yang saya kelola.


Setelah mengucapkan salam kepada beliau saya menjelaskan tentang rencana saya untuk meminta bantuan beliau mengajar ngaji di  rumah tempat taman bacaan yang saya kelola. Saya sampaikan bahwa saya melalui yayasa sosial yang didirikan oleh Almarhum Bapak saya berencana memberikan kursus membaca Qur'an gratis kepada masyarakat muslim disekitar rumah tempat taman bacaan saya berada.

Ide ini sebenarnya sudah lama terpikir, tetapi baru beberapa bulan lalu saya meminta bantuan pada asisten saya untuk mencarikan guru ngaji sekaligus mencari pendudduk sekitar yang berminat belajar baca Al Qur'an secara gratis dan akan dibiayai oleh yayasan sosial Madani.

Saya menjelaskan lebih lanjut kepada beliau ......

"Jadi ibu akan ngajar ngaji, baca Al Qur'an untuk orang dewasa dan Juz Amma untuk anak-anak sebanyak 2 kali dalam seminggu ."

" Nanti saya yang akan bayar gaji ibu perbulannya. "  lanjut saya.

" Berapa saya harus bayar ibu perbulannya? " tanya saya pada beliau
Namun jawaban beliau membuat saya tertegun ....

" Saya tidak berani menentukan harga atas Ayat-Ayat Allah Bu " , kata beliau, " Mengenai gaji tergantung rezeki yang diberikan Allah saja kepada saya." 
"Semuanya saya serahkan pada Ibu saja, tergantung rezeki saya saja. "
Akhirnya saya tidak  membicarakan  lagi masalah gaji, mudah-mudahan Allah memberikan rezeki yang berlimpah pada beliau.

Dari jawaban beliau membuat saya berpikir bahwa beliau takut menentukan harga karena sepertinya akan menjual ayat-ayat Allah. Hal ini membuat saya jadi teringat dengan beberapa ustad kondang di negeri ini yang menetapkan tarif yang lumayan mahal untuk ceramah dengan menggunakan Ayat-ayat Allah.

Setelah sekian lama ngobrol, saya baru sadar belum menanyakan nama beliau.
Ketika saya tanyakan namanya, kemudian beliau memperkenalkan dirinya pada saya.

"Nama saya ibu Sulastri, umur 54 tahun, suami saya sudah dipanggil Allah." Katanya dengan suara yang terdengar bergetar, mungkin beliau sedih teringat akan Almarhum suaminya yang telah tiada.

Untuk mengalihkan kesedihan beliau, saya bertanya , " Anaknya berapa bu ? Masih Sekolah? "

"Anak saya ada 3 orang dan Alhamdulillah semua sudah menikah. " jawab bu Sulastri

Kemudian beliau menjelaskan bahwa sehari-hari beliau mengajar ngaji dari rumah kerumah, kebetulan beliau mengajar ngaji keponakan Dijah dan ditawari oleh Dijah untuk ikut dalam kegiatan saya.

Untuk mengakhiri pembicaraan, lalu saya jelaskan bahwa kegiatan ini akan dilakukan pada awal bulan April berhubung saya akan melaksanakan ibadah Umrah medio Maret. Dengan tulus beliau mendoakan saya agar diberi kesehatan dan kemudahan dalam melaksanakan ibadah. Amin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar