Senin, 06 Mei 2013

Mencicipi Tengkleng di Galabo, Solo



Minggu sore saat berada di Solo, saya jalan-jalan terlebih dahulu ke Paragon Mall sambil menunggu tempat wisata kuliner malam buka. Naik becak dari Kusuma Sahid Prince Hotel tempat saya menginap selama di Solo ke Paragon Mall sekitar Rp. 15 ribu. Setelah selesai makan siang yang rada telat di food bazar dan keliling mall hingga sore, saya bergegas keluar mall, mencari becak untuk melanjutkan perjalanan menuju Galabo.





Galabo singkatan dari "Gladag Langen Bogar Solo" merupakan tempat wisata kuliner malam di pusat kota Solo. Pagi sampai sore Galabo merupakan Jl. Mayor Sunaryo merupakan jalan umum, baru pada sore hari jalan ini ditutup untuk umum dan berubah fungsi dari jalan menjadi tempat wisata kuliner.

Dengan menyewa becak dan setelah tawar menawar akhirnya disepakati biaya dari Paragon mall - Galabo - Hotel sebesar Rp. 30.000. Sebenarnya saya tidak tau jarak yang pasti tetapi karena pengen naik becak saya setuju saja dengan harga yang ditawarkan si bapak penarik becak.





Sesampainya di Galabo, suasana masih sepi hanya ada beberapa pengunjung. Terlihat beberapa pedagang masih beberes menata dagangannya. Suasana di Galabo apik dan bersih, terlihat juga petugas yang sedang menyetel sound system untuk live music. Saya berjalan menyusuri deretan stall yang tertata rapi.

Setelah melihat berbagai menu makanan yang sebagian tertulis di banner, akhirnya sayapun memutuskan memesan menu tengkleng di sebuah stall Sate Petir yang menyediakan makanan berbahan dasar kambing, ada sate buntal dan lain-lain, tetapi saya lebih tertarik untuk mencicipi tengkleng.











Tengkleng merupakan makanan khas Solo, berupa sop yang terdiri dari tulang-tulang kambing  yang masih tersisa sedikit daging yang melekat pada tulang kambing tersebut.

Akhirnya pesanan tengkleng sayapun tiba, sambil menikmati live musik yang sedang menyanyikan lagu 'mau dibawa kemana'  Armada, sayapun mencicipi tengleng yang dibanderol seharga Rp. 20.000,- bersama dengan sepiring nasi yang sudah dicetak dalam bentuk kembang. Rasanya sayang untuk memakan nasi yang terlihat indah ini.  Hmmm. Yummy ...





Semakin malam suasana di Galabo semakin ramai, banyak pengunjung yang memilih duduk lesehan yang telah disediakan di sepanjang trotoar jalan.  Setelah selesai makan saya kembali ke hotel yang ternyata hanya berjarak lebih kurang 300 meter  dari Galabo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar