Selasa, 03 Juni 2014

Museum Cinta Le Mayeur dan Ni Pollok di Pantai Sanur








Setelah makan siang dari warung Mak Beng, saya menuju museum Le Mayeur yang terletak di Jl. Hangtuah, Sanur Bali, menghadap pantai Sanur dan berada diantara deretan toko cenderamata yang berada disepanjang pantai Sanur.




Setelah melewati pintu gerbang yang ukurannya relatif kecil,   terdapat loket di sebelah kanan yang dijaga oleh  petugas museum dengan berpakaian seragam PNS. Di loket saya dikenai biaya tiket sebesar Rp. 5000,-. sementara untuk turis mancanegara dikenakan biaya tiket sebesar Rp. 15.000,-

Siang itu hanya ada saya yang ada di museum ini dan petugas dengan ramah menemani saya memasuki ruangan sambil menjelaskan sejarah dari museum ini. Banyak informasi yang didapat dari  petugas museum yang saya ajak bincang-bincang tentang sejarah museum ini. Pada masing-masing ruangan juga kita bisa mendapat keterangan tentang sejarah museum dan keterangan tentang fungsi masing-masing  ruangan pada masa lalu




Pegawai di UPT Museum Le Meyeur




 Buku daftar tamu yang berkunjung ke museum




Museum Le Meyeur diambil dari nama pemiliknya, seorang pelukis Belgia yang datang ke Bali pada tahun 1932. Di Denpasar Le Mayeur bertemu dengan Ni Pollok, seorang penari legong keraton yang pada saat itu masih berusia 15 tahun.

Ni Pollok inilah yang dikemudian hari menjadi model di banyak lukisan Le Mayeur. Saat mengadakan pameran di Singapura  Lukisan-lukisan Le Meyeur dengan Ni Pollok sebagai model mendapat sambutan yang bagus saat di pamerkan di Singapura, hal ini membuat Le Mayeur terkenal. Hal ini Akhirnya yang menjadi pendorong  Le Mayeur membeli tanah dan membangun rumah di Pantai Sanur yang juga berfungsi sebagai studio melukisnya. Karena sukses dengan lukisan yang menjadikan Ni Pollok sebagai model maka Ni Pollok dan dua temannya diminta bekerja menjadi model untuk lukisan Le Mayeur menjadikan Ni Pollok dan dua orang temannya menjadi model bagi lukisannya.

Pada tahun 1935, setelah tiga tahun menjadi model akhirnya Ni Pollok dan Le Mayeur menikah secara adat Bali. Ni Pollok tetap menjadi model lukisan-lukisan bagi Le Mayeur. Namun dari hasil pernikahan ini mereka tidak dikaruniai keturunan. Hal itu memang keinginan Le Mayeur yang tidak menghendaki Ni Pollok melahirkan karena nantinya akan merusak bentuk tubuh Ni Pollok.






 Patung prasati Le Mayeur dan Ni Pollok



Pada 28 Agustus 1957, tanah, rumah beserta lukisan Le Mayeur diserahkan oleh Ni Pollok kepada pemerintah untuk di jadikan museum. Pada tahun 1958 Le Mayeur menderita sakit kanker telinga, Ni Pollok menemani Le Mayeur untuk berobat ke Belgia, namun baru dua bulan berobat Le Mayeur meninggal dunia pada bulan Mei 1958 dan beliau dikebumikan di Belgia. Pada saat meninggal usia Le Mayeur mencapai 78 tahun. Akhirnya Ni Pollok kembali ke Bali mengurus rumahnya yang telah menjadi museum hingga akhirnya meninggal di usia 68 tahun pada 28 Juli 1985.




 Sejarah singkat Le Mayeur dan Ni Pollok









Museum ini terdiri dari dua buah bangunan yang dahulunya merupakan rumah kediaman Ni Pollok dan Le Mayeur. Selain itu ada juga dua buah joglo masing-masing disisi kanan dan sisi kiri bangunan utama.  

Bangunan pertama terdiri dari lima ruangan yang berfungsi sebagai galeri tempat memamerkan koleksi lukisan-lukisan Le Mayeur.  

Ruangan pertama,
Di ruangan ini terdapat berbagai lukisan Le Mayeur berupa obyek pemandangan di eropah dan belgia. Sebagaian lukisan yang dipajang masih merupakan lukisan aslinya tetapi banyak juga terlihat lukisan retro.

Ruangan kedua, ruang ini dahulunya berfungsi sebagai ruangan tempat menyimpan buku-buku. Sesekali juga digunakan sebagai ruangan untuk menerima keluarga dan teman dekat Le Mayeur dan Ni Pollok  yang datang untuk menginap sementara waktu.

Ruang ketiga
Ruang ini terlihat lebih luas dan memajang koleksi lukisan Le Mayeur dengan ukuran relatif besar. Dahulunya ruangan ini adalah bekas studio tempat melukis Le Mayeur dimana Ni Pollok menjadi model lukisannya.




Ruang keempat, bekas kamar tidur





Ruangan keempat,
Menurut informasi yang tertera di meja ruangan ini dahulunya merupakan bekas kamar tidur Le Mayeur dan Ni Pollok. Mereka sangat senang tidur di kamar ini dan tidak pernah pindah ke kamar lain. Bahkan Le Mayeur tetap tidur di ruangan ini sampai hari terakhir keberangkatannya ke Belgia untuk berobat.

Ruangan ini relatif kecil, dindingnya terbuat dari tepas. Diruangan ini dipenuhi dengan lukisan yang berukuran kecil, disinilah paling banyak terdapat foto-foto Le Mayeur dan foto-foto Ni Pollok dalam berbagai pose dengan tanpa penutup dada alias topless.





Beberapa lukisan dan foto Ni Pollok di ruang bekas kamar tidur







Ruang kelima, dahullu berfungsi sebagai kamar mandi




Ruangan ke lima,
Ruang ini   dahulunya merupakan bekas kamar mandi dan ruang hias Ni Pollok dan Le Mayeur yang memiliki akses ke kamar tidur dan kamar keluarga. Ruangan ini relatif kecil dipenuhi oleh lukisan dan  di dinding ruangan terlihat foto mantan presiden Soekarno dan Le Mayeur.





Foto mantan Presiden Soekarno dan Le Mayeur






Karena Le Mayeur dan Ni Pollok menghibahkan rumah beserta seluruh isinya maka di museum ini anda akan dapat melihat beberapa perabotan yang dahulunya dipakai oleh Ni Pollok dan Le Mayeur seperti lemari pakaian, meja rias, peti tempat penyimpanan barang dalam berbagai ukuran. Kesemuanya terbuat dari ukiran kayu motif Bali dengan dominasi warna merah keemasan.

Pintu dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya ukurannya terlihat relatif kecil, sebahagian dengan ukiran motif Bali juga dengan dominasi warna merah keemasan. Turis asing harus menundukkan kepala agar bisa melawati pintu untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.

Secara umum saya melihat bahwa lukisan-lukisan Le Mayeur terdiri dari lukisan yang dibuat di eropah khususnya Belgia, lukisan di Bali yang menjadikan Ni Pollok dan temannya sebagai model lukisan dengan background kehidupan Bali yang terlihat kental. Terakhir lukisan Le Mayeur yang dibuat dalam perjalanannya mengunjungi negara lain seperti lukisan ketika Le Mayeur berada di Aljazair, India dll





Balai Pecanangan





Bangunan kedua yaitu Balai Pecanangan, berupa sebuah ruangan yang dahulunya  digunakan untuk tempat menyiapkan sesajian untuk upacara keagamaan dan juga difungsikan sebagai tempat menyimpan alat-alat nya. Balai pecanangan ini pernah dijadikan art shop setelah Le Mayeur meninggal. Karena hasil dari penjualan barang-barang seni di art shop ini semakin berkurang maka ruangan dikembalikan ke fungsi semula. Kemudian art shop ini dipindahkan ke lokasi depan menghadap pantai seperti sekarang ini.

Balai pecanangan ini sekarang berfungsi sebagai tempat penyimpanan beberapa mangkok keramik, hanya ada sebuah koleksi lukisan Le Mayeur di ruangan ini.  Ruangan ini terlihat lenggang karena tidak banyak barang dan lukisan yang ditempatkan di ruangan ini.









Balai Bengong tempat Le Mayeur bersantai dan mencari ilham





Bangunan ketiga yaitu Balai Bengong, berupa sebuah joglo dengan tiang-tiang yang dipenuhi dengan ukiran Bali. Balai Bengong ini dahulunya dipergunakan oleh Le Meyeur dan Ni Pollok untuk tempat berleyeh-leyeh sambil menikmati keindahan pantai Sanur. Le Meyeur sering mendapat inspirasi untuk melukis Ni Pollok di tempat ini. 


Yang terakhir joglo yang kedua terletak disebelah kanan depan, kelihatannya digunakan untuk tempat istirahat oleh petugas museum, namun karena beberapa petugas sedang tiduran disitu saya rada sungkan untuk mengambil foto. Dahulunya joglo ini pernah difungsikan sebagai cafetaria. Di belakang joglo ini terdapat sebuah art shop kecil yang dikelola oleh keluarga Ni Pollok. Dibelakang museum ini juga terdapat penginapan (losmen) yang dikelola oleh keluarga Ni Pollok.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar