Setelah makan siang dari warung Mak Beng, saya menuju museum Le Mayeur yang terletak di Jl. Hangtuah, Sanur
Bali, menghadap pantai Sanur dan berada diantara deretan toko cenderamata yang
berada disepanjang pantai Sanur.
Setelah melewati pintu gerbang yang ukurannya relatif kecil, terdapat loket di sebelah kanan yang dijaga oleh petugas museum dengan berpakaian seragam PNS. Di loket saya dikenai biaya tiket sebesar Rp. 5000,-. sementara untuk turis mancanegara dikenakan biaya tiket sebesar Rp. 15.000,-
Siang itu hanya ada saya yang ada di museum ini dan petugas dengan ramah menemani saya memasuki ruangan sambil menjelaskan sejarah dari museum ini. Banyak informasi yang didapat dari petugas museum yang saya ajak bincang-bincang
tentang sejarah museum ini. Pada masing-masing ruangan juga kita bisa mendapat
keterangan tentang sejarah museum dan keterangan tentang fungsi
masing-masing ruangan pada masa lalu
Pegawai di UPT Museum Le Meyeur |
Buku daftar tamu yang berkunjung ke museum |
Museum Le Meyeur diambil dari nama pemiliknya,
seorang pelukis Belgia yang datang ke Bali pada tahun 1932. Di Denpasar Le
Mayeur bertemu dengan Ni Pollok, seorang penari legong keraton yang pada saat
itu masih berusia 15 tahun.
Ni Pollok inilah yang dikemudian hari menjadi
model di banyak lukisan Le Mayeur. Saat mengadakan pameran di Singapura Lukisan-lukisan Le Meyeur dengan Ni Pollok
sebagai model mendapat sambutan yang bagus saat di pamerkan di Singapura, hal
ini membuat Le Mayeur terkenal. Hal ini Akhirnya yang menjadi pendorong Le Mayeur membeli tanah dan membangun rumah
di Pantai Sanur yang juga berfungsi sebagai studio melukisnya. Karena sukses
dengan lukisan yang menjadikan Ni Pollok sebagai model maka Ni Pollok dan dua
temannya diminta bekerja menjadi model untuk lukisan Le Mayeur menjadikan Ni
Pollok dan dua orang temannya menjadi model bagi lukisannya.
Pada tahun 1935, setelah tiga tahun menjadi model
akhirnya Ni Pollok dan Le Mayeur menikah secara adat Bali. Ni Pollok tetap
menjadi model lukisan-lukisan bagi Le Mayeur. Namun dari hasil pernikahan ini
mereka tidak dikaruniai keturunan. Hal itu memang keinginan Le Mayeur yang tidak menghendaki Ni Pollok melahirkan karena nantinya akan merusak bentuk tubuh Ni Pollok.
Patung prasati Le Mayeur dan Ni Pollok |
Pada 28 Agustus 1957, tanah, rumah beserta
lukisan Le Mayeur diserahkan oleh Ni Pollok kepada pemerintah untuk di jadikan
museum. Pada tahun 1958 Le Mayeur menderita sakit kanker telinga, Ni Pollok
menemani Le Mayeur untuk berobat ke Belgia, namun baru dua bulan berobat Le
Mayeur meninggal dunia pada bulan Mei 1958 dan beliau dikebumikan di Belgia.
Pada saat meninggal usia Le Mayeur mencapai 78 tahun. Akhirnya Ni Pollok
kembali ke Bali mengurus rumahnya yang telah menjadi museum hingga akhirnya
meninggal di usia 68 tahun pada 28 Juli 1985.
Sejarah singkat Le Mayeur dan Ni Pollok |
Museum ini terdiri dari dua buah bangunan yang dahulunya merupakan rumah
kediaman Ni Pollok dan Le Mayeur. Selain itu ada juga dua buah joglo masing-masing disisi kanan dan sisi kiri bangunan utama.
Bangunan pertama terdiri dari lima ruangan yang
berfungsi sebagai galeri tempat memamerkan koleksi lukisan-lukisan Le Mayeur.
Ruangan pertama,
Di ruangan ini terdapat berbagai lukisan Le
Mayeur berupa obyek pemandangan di eropah dan belgia. Sebagaian lukisan yang
dipajang masih merupakan lukisan aslinya tetapi banyak juga terlihat lukisan
retro.
Ruangan kedua, ruang ini dahulunya berfungsi
sebagai ruangan tempat menyimpan buku-buku. Sesekali juga digunakan sebagai
ruangan untuk menerima keluarga dan teman dekat Le Mayeur dan Ni Pollok yang datang untuk menginap sementara waktu.
Ruang ketiga
Ruang ini terlihat lebih luas dan memajang
koleksi lukisan Le Mayeur dengan ukuran relatif besar. Dahulunya ruangan ini
adalah bekas studio tempat melukis Le Mayeur dimana Ni Pollok menjadi model
lukisannya.
Ruang keempat, bekas kamar tidur |
Ruangan keempat,
Menurut informasi yang tertera di meja ruangan
ini dahulunya merupakan bekas kamar tidur Le Mayeur dan Ni Pollok. Mereka
sangat senang tidur di kamar ini dan tidak pernah pindah ke kamar lain. Bahkan
Le Mayeur tetap tidur di ruangan ini sampai hari terakhir keberangkatannya ke
Belgia untuk berobat.
Ruangan ini relatif kecil, dindingnya terbuat
dari tepas. Diruangan ini dipenuhi dengan lukisan yang berukuran kecil,
disinilah paling banyak terdapat foto-foto Le Mayeur dan foto-foto Ni Pollok
dalam berbagai pose dengan tanpa penutup dada alias topless.
Beberapa lukisan dan foto Ni Pollok di ruang bekas kamar tidur |
Ruang kelima, dahullu berfungsi sebagai kamar mandi |
Ruangan ke lima,
Ruang ini
dahulunya merupakan bekas kamar mandi dan ruang hias Ni Pollok dan Le
Mayeur yang memiliki akses ke kamar tidur dan kamar keluarga. Ruangan ini
relatif kecil dipenuhi oleh lukisan dan
di dinding ruangan terlihat foto mantan presiden Soekarno dan Le Mayeur.
Foto mantan Presiden Soekarno dan Le Mayeur |
Karena Le Mayeur dan Ni Pollok menghibahkan rumah
beserta seluruh isinya maka di museum ini anda akan dapat melihat beberapa
perabotan yang dahulunya dipakai oleh Ni Pollok dan Le Mayeur seperti lemari
pakaian, meja rias, peti tempat penyimpanan barang dalam berbagai ukuran.
Kesemuanya terbuat dari ukiran kayu motif Bali dengan dominasi warna merah keemasan.
Pintu dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya
ukurannya terlihat relatif kecil, sebahagian dengan ukiran motif Bali juga dengan
dominasi warna merah keemasan. Turis asing harus menundukkan kepala agar bisa melawati pintu untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.
Secara umum saya melihat bahwa lukisan-lukisan Le
Mayeur terdiri dari lukisan yang dibuat di eropah khususnya Belgia, lukisan di
Bali yang menjadikan Ni Pollok dan temannya sebagai model lukisan dengan
background kehidupan Bali yang terlihat kental. Terakhir lukisan Le Mayeur yang
dibuat dalam perjalanannya mengunjungi negara lain seperti lukisan ketika Le
Mayeur berada di Aljazair, India dll
Balai Pecanangan |
Bangunan kedua yaitu Balai Pecanangan,
berupa sebuah ruangan yang dahulunya
digunakan untuk tempat menyiapkan sesajian untuk upacara keagamaan dan
juga difungsikan sebagai tempat menyimpan alat-alat nya. Balai pecanangan ini
pernah dijadikan art shop setelah Le Mayeur meninggal. Karena hasil dari
penjualan barang-barang seni di art shop ini semakin berkurang maka ruangan
dikembalikan ke fungsi semula. Kemudian art shop ini dipindahkan ke lokasi
depan menghadap pantai seperti sekarang ini.
Balai pecanangan ini sekarang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan beberapa mangkok keramik, hanya ada sebuah koleksi lukisan
Le Mayeur di ruangan ini. Ruangan ini
terlihat lenggang karena tidak banyak barang dan lukisan yang ditempatkan di
ruangan ini.
Balai Bengong tempat Le Mayeur bersantai dan mencari ilham |
Bangunan ketiga yaitu Balai Bengong, berupa
sebuah joglo dengan tiang-tiang yang dipenuhi dengan ukiran Bali. Balai Bengong
ini dahulunya dipergunakan oleh Le Meyeur dan Ni Pollok untuk tempat
berleyeh-leyeh sambil menikmati keindahan pantai Sanur. Le Meyeur sering
mendapat inspirasi untuk melukis Ni Pollok di tempat ini.
Yang terakhir joglo yang kedua terletak disebelah kanan depan,
kelihatannya digunakan untuk tempat istirahat oleh petugas museum, namun karena
beberapa petugas sedang tiduran disitu saya rada sungkan untuk mengambil foto.
Dahulunya joglo ini pernah difungsikan sebagai cafetaria. Di belakang joglo ini terdapat sebuah art shop kecil yang dikelola oleh keluarga Ni Pollok. Dibelakang museum ini juga terdapat penginapan (losmen) yang dikelola oleh keluarga Ni Pollok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar