Rabu, 08 Mei 2013

Wisata Kuliner di Solo

Pada saat berada di Solo mulai tanggal 5-7 Mei, saya sudah mulai menyusun agenda khusus untuk  wisata kuliner. Sepanjang perjalanan dari  bandara ke hotel saya ngajak ngobrol supir taksi sambil tanya-tanya dimana lokasi makan yang enak dan kerap jadi tujuan pendatang jika berkunjung ke Solo. Banyak tempat makan yang diusulkan si mas supir taksi, diantaranya mencicipi tengkeng di Pasar Klewer tapi bukanya cuma pagi sampai jam 9, bisa juga ke Galabo yang merupakan wisata kuliner malam hari, soto gading, timlo sastro, nasi liwet di solo baru dan tentu saja serabi Solo. Hhhmmmm, bingung deh jadinya ....

Dari sekian banyak info tentang makanan yang harus saya jajal kelezatannya, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat saja yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat saya nginap. Disamping itu tentu saja karena keterbatasan waktu karena Selasa pukul 09.30 saya sudah harus berada di bandara.


Tengkleng di Galabo

 Cerita tentang wisata kuliner di Galabo dapat di baca pada tulisan terdahulu.





Nasi Liwet Wongso Lemu



Malam kedua di Solo ... saya mencoba mencicipi nasi liwet  Wongso Lemu.  Lokasinya tak begitu jauh dari hotel tempat saya menginap. Bukanya mulai malam hingga menjelang subuh.






Tersedia   menu nasi liwet dengan berbagai variasi, dari nasi liwet hanya dengan suwiran ayam sampai nasi liwet komplit dengan hati rempela, paha dan dada ayam plus telur, tahu. Sambil menunggu pesanan  datang, saya melihat-lihat keadaan sekitar ruangan. Warung ini ternyata cukup terkenal, disalah satu dinding  dipenuhi dengan  deretan foto-foto artis dan pejabat yang pernah berkunjung dan mencicipi nasi liwet wongso lemu ini. Mulai dari Muhamad Nuh (Menteri Pendidikan saat ini), Ruhut Sitompul, Chintami Atmanegara dll, tapi yang menarik perhatian saya adalah foto Jokowi.
 





Akhirnya nasi liwet pesanan saya pun datang. Tetapi lidah Sumatera saya kayaknya kurang bersahabat dengan nasi liwet bu wongso lemu.






Soto Triwindu







Bapak tua ini terlihat masih sigap mempersiapkan soto pesanan para pengunjung yang pagi datang silih berganti. Untuk sarapan selasa pagi itu saya memesan seporsi soto, teh manis panas. Didalam steling yang bentuknya sangat khas itu tersedia juga, pegedel, tahu, tempe, lendak, peyek dan kerupuk. Tinggal pilih aja sesuai selera.







Tak lupa saya mencicipi makanan khas yang bernama  lendak (maaf kalo salah tulis), makanan ini terbuat dari campuran singkong, kelapa dan kacang tanah. Biaya sarapan pagi saya cuma Rp. 13.500 untuk semangkok soto, teh manis dan satu buah lendak. Murah,  meriah ,,,, mantap.



Senin, 06 Mei 2013

Mencicipi Tengkleng di Galabo, Solo



Minggu sore saat berada di Solo, saya jalan-jalan terlebih dahulu ke Paragon Mall sambil menunggu tempat wisata kuliner malam buka. Naik becak dari Kusuma Sahid Prince Hotel tempat saya menginap selama di Solo ke Paragon Mall sekitar Rp. 15 ribu. Setelah selesai makan siang yang rada telat di food bazar dan keliling mall hingga sore, saya bergegas keluar mall, mencari becak untuk melanjutkan perjalanan menuju Galabo.





Galabo singkatan dari "Gladag Langen Bogar Solo" merupakan tempat wisata kuliner malam di pusat kota Solo. Pagi sampai sore Galabo merupakan Jl. Mayor Sunaryo merupakan jalan umum, baru pada sore hari jalan ini ditutup untuk umum dan berubah fungsi dari jalan menjadi tempat wisata kuliner.

Dengan menyewa becak dan setelah tawar menawar akhirnya disepakati biaya dari Paragon mall - Galabo - Hotel sebesar Rp. 30.000. Sebenarnya saya tidak tau jarak yang pasti tetapi karena pengen naik becak saya setuju saja dengan harga yang ditawarkan si bapak penarik becak.





Sesampainya di Galabo, suasana masih sepi hanya ada beberapa pengunjung. Terlihat beberapa pedagang masih beberes menata dagangannya. Suasana di Galabo apik dan bersih, terlihat juga petugas yang sedang menyetel sound system untuk live music. Saya berjalan menyusuri deretan stall yang tertata rapi.

Setelah melihat berbagai menu makanan yang sebagian tertulis di banner, akhirnya sayapun memutuskan memesan menu tengkleng di sebuah stall Sate Petir yang menyediakan makanan berbahan dasar kambing, ada sate buntal dan lain-lain, tetapi saya lebih tertarik untuk mencicipi tengkleng.











Tengkleng merupakan makanan khas Solo, berupa sop yang terdiri dari tulang-tulang kambing  yang masih tersisa sedikit daging yang melekat pada tulang kambing tersebut.

Akhirnya pesanan tengkleng sayapun tiba, sambil menikmati live musik yang sedang menyanyikan lagu 'mau dibawa kemana'  Armada, sayapun mencicipi tengleng yang dibanderol seharga Rp. 20.000,- bersama dengan sepiring nasi yang sudah dicetak dalam bentuk kembang. Rasanya sayang untuk memakan nasi yang terlihat indah ini.  Hmmm. Yummy ...





Semakin malam suasana di Galabo semakin ramai, banyak pengunjung yang memilih duduk lesehan yang telah disediakan di sepanjang trotoar jalan.  Setelah selesai makan saya kembali ke hotel yang ternyata hanya berjarak lebih kurang 300 meter  dari Galabo.