Jumat, 30 November 2012

Mudahkan urusan orang, maka Allah akan memudahkan urusan kita


Kamis, pagi-pagi sekali saya sudah harus berada di kantor untuk menunggu big boss karena harus menanda tangani banyak sekali surat-surat yang harus selesai pagi itu juga. Informasi dari supir beliau, bahwa beliau akan ke kantor terlebih dahulu sebelum mengikuti jadwal acara rapat di Grand Aston pada pukul 8.30 WIB. Alhamdulillah, setelah menunggu dan tidak ada kepastian apakah beliau akan mampir ke kantor dahulu, akhirnya rekan saya memberitahu bahwa pak kepala telah berada di ruang kerjanya. Padahal saat itu saya sudah merasa hopeless, tidak ada harapan lagi. 

Tentu saja saya bergegas menuju ruangan beliau sambil membawa semua berkas-berkas yang akan di tanda tangangi. Alhamdulillah, semua surat-surat pun ditanda tangani oleh beliau sambil saya menjelasan  maksud dari masing-masing surat. Kemudian surat-surat tersebut saya teruskan ke rekan kerja untuk urusan selanjutnya yang juga berjalan lancar, tanpa hambatan berarti sehingga keberangkatan saya dan rekan-rekan menuju Batam dapat berjalan sesuai dengan rencana
 
Jumat siang, saat  sedang coffee break pada sebuah acara yang diselenggarakan di Batam, saya dan beberapa rekan kantor sempat ngobrol-ngobrol tentang kemudahan-kemudahan yang saya dan rekan-rekan alami  dalam perjalanan ke Batam kali ini. Mengingat ada  kerjaan penting yang harus saya selesaikan kemarin (kamis) sebelum kami berangkat ke Batam siang harinya. 

Sesampainya di Batam kami juga mendapat kemudahan demi kemudahan yang dimulai dari penjeputan di bandara oleh kerabat salah seorang rekan kerja. Kemudian dengan budi baik seorang supir taksi yang  tidak mematok harga tertentu bersedia mengantar kami belanja di Nagoya dan melihat-lihat kehidupan malam di Batam sekaligus bertindak sebagai guide kami malam itu.  Perjalanan ke Batam sudah yang kesekian kalinya buat saya, namun ini merupakan yang pertama kalinya bagi  beberapa rekan.

Setelah mengungkapkan kemudahan yang saya alami  Kamis kemarin, seorang staf saya berkomentar " Kan selama ini  ibu sering memudahkan urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkan urusan ibu."
Saya terdiam sesaat, karena tidak menduga akan mendapat mendapat jawaban seperti itu. 

Terlintas di pikiran, bahwa selama ini saya hanya berusaha untuk melakukan pekerjaan dengan baik, membantu memberi informasi yang dibutuhkan dengan selengkap mungkin sehingga meringankan pekerjaan orang lain, mengupayakan agar rekan-rekan saya terutama yang bergolongan rendah bahkan staf honor agar dapat merasakan perjalanan  dengan menggunakan pesawat terbang. Sekedar hanya ingin berbagi kebahagian, membuat mereka bisa merasakan pengalaman lain yang selama ini hanya berada dalam angan-angan mereka. 

Ada rasa miris dalam hati saat beberapa waktu lalu ada staf yang berkata, " Bu, kalau  boleh saya ikut lah tugas ke Jakarta, saya belum pernah naik pesawat terbang."  
Saat itu, karena kondisi saya tidak dapat memenuhi permintaannya, tapi hal itu menjadi catatan saya sehingga saat ada tugas ke Batam sayapun mengajaknya untuk ikut serta.

Jumat ini, saya mendapat pelajaran yang sebenarnya tidak baru namun saya diingatkan kembali melalui perjalanan kali ini. "Bantulah memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita."
Insya Allah .....
 

Jumat, @Sekupang Harbour, Batam (pkl. 13,.00 WIB)





Rabu, 28 November 2012

Bermain Ski Yuuuk .......

Bermain ski? Tidak pernah terlintas dibenak saya, mengingat saya tinggal di negeri tropis yang matahari bersinar hampir di sepanjang tahun kecuali di bulan-bulan yang berakhiran "ber ... ber.. ber". Namun saat berkunjung ke Beijing diakhir musim dingin, tanpa direncanakan akhirnya saya berkesempatan untuk mencoba bagaimana rasanya bermain ski. Dalam rangkaian perjalanan di Beijing mengunjungi "SNOW WORLD SKI PARK" memang merupakan salah satu agenda tour. Namun untuk mencoba bermain ski peserta telah diwanti-wanti terlebih dahulu akan dikenakan biaya tambahan sebesar 200 yuan yang diperuntukkan untuk menyewa alat perlengkapan ski saja tanpa pelatih.   



Lokasi bermain ski di Beijing



Awalnya saya ragu untuk ikut, tentu saja karena saya tidak memiliki pengetahuan tentang teknik bermain ski. Tapi karena rasa penasaran saya yang cukup kuat untu mencoba sesuatu yang baru, akhirnya sayapun memutuskan untuk ikut menyewa peralatan ski. Beberapa teman juga akhirnya ikut juga. Alex pemandu kami saat itu memberikan arahan singkat mengenai teknik-teknik dasar bermain ski, tetapi begitu memasuki arena ski, mengamati orang-orang yang sedang bermain ski juga menjadi modal belajar singkat saya.

Di konter penyewaan alat ski, saya diberi sepasang sepatu bot warna hitam terbuat dari plastik keras (ski boots) dan sepasang tongkat besi yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan (ski pole). Sebelum memasuki arena bermain ski, saya diberi lagi sepasang ski yang berupa besi panjang pipih yang harus dikenakan pada kaki. 


 Bergaya terlebih dulu sebelum memasuki arena ski




Seperti robot rasanya berjalan dengan memakai  ski boots, apalagi harus menyesuaikan diri dengan sepasang ski yang  tentu saja sangat tidak familiar dengan kaki saya.  Dengan susah payah setelah mencoba berkali-kali termasuk dengan cara mengamati orang-orang disekeliling, akhirnya saya pun bisa meluncur di arena ski, tetapi tentu saja melalui proses jatuh bangun berkali-kali. Untungnya, ada saja orang yang mau membantu saya untuk bangkit kembali. Yang paling susah ternyata saat hendak menghentikan laju sepasang ski yang berbentuk lancip itu.

Berikut bisa dilihat proses jatuh bangunnya saya bermain ski yang sempat diabadikan oleh seorang asisten pemandu tour kami. 


Saat telah berhasil meluncur di arena ski







Masih bisa melaju dengan aman 


Setelah beberapa saat dapat melaju dengan nyaman di arena ski, akhirnya sayapun jatuh juga karena tidak bisa menerapkan cara menghentikan laju sepasang ski yang saya pakai. Meski  jatuh berkali-kali, namun tidak menyurutkan semangat saya untuk tetap mencoba, mencoba dan mencoba lagi. 


Akhirnya jatuh juga


Walaupun saya belum bisa bermain ski dengan baik, namun pengalaman bermain ski ini membuat saya senang karena memiliki pengalaman spesial. Tentu saja bisa menjadi modal buat saya jika mempunyai  kesempatan lagi untuk bermain ski dalam liburan mendatang. Insya Allah ...












Minggu, 25 November 2012

Saat Itu


Akhirnya saat itu datang juga

Saat aku tak lagi dalam anganmu

Saat aku tak lagi dalam pikiranmu

Saat dihatimu tak ada lagi ruang untukku

Saat rasa itu perlahan memudar

Saat aku mulai terlupakan, terabaikan

Saat yang paling aku takutkan dalam hidupku

Di saat kau mulai berpaling dariku

Jumat, 02 November 2012

BUKU KEHIDUPAN


Manusia seperti sebuah BUKU ...
Cover depan adalah tanggal lahir
Cover belakang adalah tanggal kematian
Tiap lembarnya , adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yang kita lakukan
Ada buku yang tebal
Ada buku yang tipis
Ada buku yang menarik dibaca
Ada yang sama sekali tidak menarik

Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa diedit lagi
Tapi hebatnya,
Seburuk apapun halaman sebelumnya.
Selalu tersedia halaman selanjutnya yang putih bersih, baru dan tiada cacat.

Sama seperti hidup kita, seburuk apapun kemarin
Allah selalu menyediakan hari yang baru untuk kita
Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yang benar dalam hidup kita setiap harinya.
Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir, yang sudah ditetapkanNya

Syukuri hari ini ....
dan isilah halaman buku kehidupanmu dengan hal-hal yang baik semata
Dan jangan pernah lupa untuk selalu bertanya kepada Allah tentang apa yang harus ditulis tiap harinya
Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai
kita dapati diri ini sebagai pribadi yang berkenan kepadaNya

Dan buku kehidupan itu layak untuk dijadikan teladan bagi anak-anak kita dan siapapun setelah kita nanti
Selamat menulis di buku kehidupanmu,
Menulislah dengan tinta cinta dan kasih sayang serta pena kebijaksanaan


nb. copas dari tetangga yang sayang untuk dihapus begitu saja


Menabung (Hutang) di Kartu Kredit

Tuntutan dan gaya hidup di jaman  modern dewasa ini seringkali membuat seseorang merasa harus memiliki beberapa kartu kredit plus dengan kartu tambahannya. Entah hanya untuk sekedar  memenuhi gengsi atau memang sudah menjadi kebutuhan, saat ini berlomba-lomba masyarakat kita berusaha untuk mendapatkan kartu kredit. Hal ini terjadi juga pada orang-orang disekitar saya, baik itu dikeluarga maupun di lingkungan kantor.

Dengan adanya kartu kredit saat ini membuat orang seringkali memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan kartu sakti ini. Kartu kredit membuat orang kehilangan pemikiran rasional saat menggunakannya. Bukan hanya kebutuhan wajib (primer) yang diperoleh dengan cara menggesek kartu sakti ini, seringkali beragam keinginan-keinginan yang umumnya hanya pencerminan dari gaya hidup juga didanai terlebih dahulu dari kartu kredit.

Saat melihat tagihan kartu kredit seorang rekan, saya sangat terkejut karena tagihan yang tertulis mencapai 25 juta rupiah di salah satu kartu kreditnya, padahal rekan saya ini mempunya 4 (empat) jenis kartu kredit dari bank yang berbeda berikut kartu tambahannya. Untungnya saya tidak tahu berapa tagihannya pada kartu kredit lainnya.

Mau tahu berapa gaji rekan saya itu? Hanya 7 (tujuh) juta rupiah saja. Pantasan setiap bulan rekan saya ini harus pontang panting untuk memenuhi pembayaran minimal saja dari seluruh total tagihan kartu kreditnya. Kebanyakan pemegang kartu kredit merasa mempunyai duit (tabungan) sebesar limit dana yang disediakan bank pada kartu kredit tersebut. Padahal yang pasti pemegang kartu telah sepakat untuk menabung hutang di bank sebesar limit dana yang disetujui bank. Gampangnya, jika bank memberi kita limit kartu kredit 15 juta rupiah per bulan, maka pemegang kartu sebenarnya telah bersedia berhutang sebesar 15 juta rupiah per bulan jika limit tersebut digunakan seluruhnya. Kita akan terjebak untuk menabung hutang di kartu kredit jika tidak rasional dalam menggunakannya.

Jika melihat dari tagihan kartu kredit rekan saya, biaya-biaya yang tertera kebanyakan untuk memenuhi gaya hidup seperti pembelian gadget terbaru, biaya tiket pesawat, akomodasi hotel dan tagihan belanja di mall di dalam maupun di luar negeri. Semua tagihan tersebut merupakan cerminan dari penerapan  gaya hidup yang tidak sesuai dengan pendapatannya per bulan. Gencarnya iming-iming pihak bank untuk memberikan paket liburan kredit, demikian juga untuk paket lainnya membuat orang ingin menikmati liburan instan tanpa melewati proses seharusnya yaitu menabung terlebih dahulu untuk mewujudkan keinginan-keinginan yang bukan kebutuhan primer tetapi biasanya memerlukan dana yang besar.

Sudah saatnya pemegang kartu kredit termasuk saya untuk menyesuaikan kembali limit dana di kartu kredit dengan penghasilan per bulannya. Agar kita  tidak terjebak untuk Menabung (Hutang) di Kartu Kredit. Yang paling penting adalah menyesuaikan antara penghasilan dengan gaya hidup.